Monday, July 25, 2016

Agni dan Sebab Lebaynya Menulis Puisi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Aku dan Agni sudah tujuh tahun bersama-sama. Bukan sebagai sepasang suami istri, namun sebagai sepasang kekasih yang sekalipun belum pernah bersetubuh. Para kolega dan kerabat kami begitu mengagumi komitmen kami yang suci. Pikir mereka, kami memanglah sepasang kekasih yang penuh dengan prinsip dan saling menjaga satu sama lain.
Jika kamu berpikir serupa para kolega dan kerabat kami itu, maka kamu tidak benar-benar mengenal siapa kami. Selama tiga tahun bersama, kami sering berusaha bersetubuh, namun selalu gagal tiap wajah kami telah berhadapan.
“Ada yang memanggilku…” ucap Agni sambil menahan wajahku, satu waktu saat kami hampir bersetubuh.
“Siapa?” tanyaku.
“Kopi dan cangkirnya. Mereka minta aku bersetubuh sekarang juga.” Pungkas Agni yang kemudian beranjak dari kasur.
Jika kemudian kamu pikir Agni betul-betul bersetubuh dengan cangkir dan kopi, berarti kamu sama lebay seperti isi kepala Agni. Atau bisa jadi, kamu mengaku sama-sama penyair edan juga, seperti gadis berambut cepak itu.
Pada nyatanya, Agni hanya mengaduk kopi di dapur. Kemudian dia menyeruput kopi itu sedikit demi sedikit sambil mengetik sesuatu bernama puisi di laptopnya. Kegiatan yang seperti itu, yang dia bilang bersetubuh dengan kopi dan cangkirnya. Edan!
Di lain waktu, saat lagi-lagi kami hampir bersetubuh, Agni lagi-lagi menahan wajahku.
“Ada yang memanggilku…” ucap Agni.
“Siapa? Cangkir dan kopi lagi?” tanyaku.
“Bukan. Hujan yang memanggilku. Dia meminta aku bersetubuh dengannya sekarang juga.” Pungkas Agni sambil beranjak dari ranjang dan buru-buru menjinjing laptopnya.
Dan. Kamu benar kali ini. Agni memang mengetik sesuatu yang bernama puisi di depan jendela yang basah terkena leleran air hujan.

Semenjak saat itu, aku makin mengenali wajah cangkir, kopi dan hujan. Mereka adalah sebab lebay Agni buat menulis puisi. Mereka juga yang selalu merebut saat-saat yang mestinya aku pergunakan buat menyetubuhi Agni.

No comments: