Tuesday, February 21, 2017

Lakukan 4 Hal Ini, Sebelum Memilih Penerbit Indie


Beberapa waktu lalu, seorang teman yang baru saya kenal tertipu sebuah penerbit indie. Saya tidak perlu sebut namanya dan apa penerbitnya. Saya sendiri, baru mengenal teman ini pada sebuah bedah buku di Malang. Dia masih sangat muda dan mengakui kesalahannya memilih penerbit indie. Saat menerbitkan indie, diakuinya penerbit dia pilih hanya sekadar hasil browsing random di internet.

Ternyata memilih penerbit indie pun tidak bisa asal tunjuk. Berikut tips-tips memilih penerbit indie:

1.      Ikut Bedah Buku
Coba ikuti informasi di komunitas-komunitas menulis di kotamu. Biasanya, bedah buku jadi salah satu agenda dari sebuah komunitas menulis. Tidak hanya bedah buku dari penerbit mayor, bedah buku juga dilaksanakan untuk buku terbitan indie.
Beberapa contoh, buku puisi Meditasi Kimchi tulisan Tengsoe Tjahjono, terbitan Pelangi Sastra Publishing. Buku tersebut, dibedah di Gubuk Tulis dalam salah satu agenda bulan literasi. Kemudian, kumpulan  cerpen Ria A.S terbitan Dream Litera yang dibedah di Radar Malang dan Kafe Pustaka bersama Pelangi Sastra Malang.
Mengikuti bedah buku, memerkaya pandangan kita soal jenis tulisan, profil penulis dan nama-nama penerbit yang dipergunakan si penulis.
Kalaupun kotamu tidak akrab dengan komunitas menulis yang bisa memertemukan langsung antar anggotanya, kamu tetap bisa mengikuti komunitas menulis di sosial media, meski untuk poin satu ini saya sarankan lebih berhati-hati mengingat pertemuan nyata belum pernah terjadi.


Suasana Bedah Buku Tengsoe Tjahjono bersama Gubuk Tulis. Sumber: Gubuk Tulis Dot Kom

Suasana bedah buku Aku Menganlnya Dalam Diam, Ria A.S di Kafe Pustaka UM. Sumber: Dokumentasi Ria. A.S


2.      Beli Buku-buku Terbitan Indie
Terlepas rasa kecewamu soal baik buruknya kualitas buku (kualitas tulisan, kertas, kaver), cobalah membeli buku terbitan indie dari penerbit dan penulis yang berbeda. Dengan demikian, kamu akan mengetahui kualitas cetak dari berbagai penerbit. Tidak hanya itu, dengan membeli buku-buku dari berbagai penerbit dan penulis yang berbeda, juga akan memerkaya pengetahuanmu soal bagaimana menata kaver secantik mungkin, proses penjualan hingga editing dan layout.

Buku-buku terbitan indie koleksi saya. Sumber: https://www.instagram.com/trisnayantip/


3.      Kepo Profil Penulis
Kredibelitas penulis bisa membantumu memilih penerbit yang baik. Kamu bisa mengecek kredibelitas penulis dari rekam jejaknya di internet, karya hingga pemberitaan. Felix K. Nesi dan Kholid Amrulloh misalnya, dengan kredibelitas mereka berdua, bisa dipastikan bahwa mereka tidak akan sembarang memilih penerbit indie. Buku Felix K. Nesi, Usaha Membunuh Sepi, terbit di Pelangi Sastra Publishing dan Kholid Amrulloh, Berita Dari Kurawan, terbit di Dream Litera. Kamu bisa memilih penerbit serupa dengan nama-nama kredibel yang kamu kepoi. Saya tidak bilang mesti Dream Litera atau Pelangi Sastra Publishing, bisa juga penerbit indie lainnya. Dua penerbit ini cuma pemisalan, karena kebetulan saya tahu bagaimana kualitas cetakan dan nama-nama penulisnya.


Usaha Membunuh Sepi, tulisan Felix K. Nesi, penulis terpilih Makassar International Writers Festival (MIWF). Sumber: Gugel

Berita Dari Kurawan, tulisan Kholid Amrulloh, editor Ruang Scripta Radar Malang. Sumber: Gugel


4.      Waspadai Kebijakan Penerbit
Penerbit indie kredibel, justru tidak akan mengadakan event-event ganjil seperti yang saya bahas dalam esai yang terbit di Radar Malang pada 2015, Iming-iming Antologi Ala Penerbit Indie. Penerbit kredibel, justru tidak hanya eksis di dunia maya namun juga eksis di dunia nyata. Selain soal eksis tidak hanya di dunia maya, ciri kredibel juga ketika kamu bisa dengan mudah mengetahui latar belakang hingga wajah dari para pengurus penerbitan dengan mudah. Pojok Cerpen misalnya, para punggawanya sempat mengadakan talkshow mengenai penerbitan indie di Pesta Malang Sejuta Buku. Keberadaan mereka dalam talkshow, memberi kesempatan padamu untuk mengenali mereka secara langsung.

Talkshow bersama Pojok Cerpen, Buku Indie Pintu Menuju Kemerdekaan Literasi. Sumber: Dokumentasi pribadi.

 Pojok Cerpen (PoCer) dan penerbit-penerbit yang tergabung di dalmnya. Sumber: https://bukupocer.com/
Ada pun penerbit yang mengadakan event seperti UNSA Press misalnya, meski hadiah yang ditawarkan tidak besar, penerbit tersebut melibatkan juri-juri kredibel dalam penilaian karyanya. Beberapa nama misalnya, Mashdar Zainal, Faisal Oddang dan Bemby Cahyadi. Event dengan juri kredibel, mendidik penulis untuk membedakan mana tulisan yang berkualitas dan kurang. Event seperti ini, bisa dikatakan kredibel dan penerbit yang mengadakannya patut diperhitungkan.

Sumber: Facebook

Selain soal event, perhatikan juga kebijakan penerbit. Penerbit kredibel, dengan jelas akan menjelaskan kebijakan atau bentuk kerjasama di depan umum. Sebagai contoh, pada website Dream Litera.

Sumber: http://dreamlitera.com/sistem-penerbitan/

Ada juga penerbit Basa Basi yang merupakan lini pernbitan indie dari Diva Press. Kebijakan-kebijakan Basa Basi, dapat dilihat dari facebook CEO Diva Press, Edi Mulyono. Dengan jelas, penerbit Basa Basi menerapkan kebijakan royalti yang serupa dengan penerbit mayor, jadi penulis tidak mengeluarkan modal sendiri untuk menerbitkan buku.

Gunawan Tri Admodjo bukunya diterbitnkan Basa Basi. Sumber: FB Edi Mulyono

Jadi, mana pernebit indie pilihanmu?

Edit 29 Desember 2020
Dear penyintas kekerasan seksual di mana pun kamu berada. Maafkan kalau di tulisan ini ternyata ada nama-nama pendukung pelaku yang sudah menghancurkan hidupmu. Maaf sudah gagal menciptakan ruang aman buatmu dan hingga sekarang, nama-nama itu masih terus menjual isu kemanusiaan, perempuan, bahkan isu kekerasan seksual. Tulisan ini tidak akan dihapus sebagai pengingat. Baca juga kasus UIN.

No comments: