Wednesday, September 14, 2016

Intrik dan Politik Dunia Keartisan dalam Dear Mantan, Rina Kartomisastro

Sumber: Blog orang

Klise, mungkin itu yang bakal kamu tangkap ketika membaca judul buku dan sinopsis Dear Mantan karya Rina Kartomisastro. Sinopsis yang hanya terdiri dari enam paragraf tersebut, berisi tiga paragraf kalimat sendu soal kenangan dan paragraph lainnya yang memerkenalkan si tokoh utama, Alea Pita, si artis yang gagal move on.
Dari segi sampul, tentu warna merah jambu dengan aksen hati yang bertebaran di depan dan belakang sampul, bisa membikinmu membawa pulang novel ini dari toko buku. Apalagi, untuk kamu yang berharap bisa membaca sebuah novel yang menghibur sekaligus ringan. Dan lagi… novel ini ketika kamu buka, bakal memberimu bonus berupa pembatas buku yang juga berwarna merah jambu. Well, memang itu bonus standar sih untuk buku cetakan beberapa tahun belakang ini. Tapi tetap menyenangkan juga kan?
Novel dibuka dengan keadaan masalalu si tokoh utama, Alea Pita di masa-masa sekolahnya. Pembukaan langsung menggambarkan kali pertama Alea yang bernama asli Alya Puspitasari tertarik dengan seorang siswa kelas sebelas, yang ternyata hanya akan jadi masalalunya.
Jalan cerita yang disajikan Dear Mantan, ternyata jauh dari kesan klise yang tersaji pada sinopsisnya. Pada lembar-lembar berikutnya, kamu malah pelan-pelan disuguhi bagaimana Alea Pita si artis cantik papan atas, atas persetujuannya sendiri melakukan pacaran settingan.
Sayangnya, dalam novel ini, hingga akhir ceritanya, tidak ada penggambaran cirri fisik yang jelas untuk masing-masing karakter. Berkali-kali, Alea dan tokoh-tokoh lainnya hanya disebut cantik banget atau ganteng banget.
Pada halaman 126 misalnya. Saat adegan satpam mencegat Alea dan menyampaikan bahwa ada seseorang yang menunggunya yang ternyata adalah Wisnu, sang mantan…
“Laki-laki, Mbak. Ganteng. Kalau nggak salah ingat, namanya… Wisnu.”
Atau saat seorang penggemar memergoki Alea dan Wisnu yang tengah jalan bersama di mall…
“Ganteng juga sih, tapi aku lebih suka sama Kak Arlan.”
Yah… ada untungnya juga sih… ketika Rina sebagai penulis tidak memunculkan cirri fisik masing-masing karakter. Mungkin saja, kamu bisa berfantasi si tokoh ini atau tokoh anu itu mirip dengan pacarmu atau mantanmu atau dirimu sendiri barangkali.
Dear Mantan berusaha tampil berimbang, antara judul yang diangkat hingga penyajian cerita yang ada di dalamnya. Meski penyajian setting jauh dari kata detail dan seperti sekadar menyebut nama tempat semisal; Karawang, Jakarta dan lain sebagainya. Namun, semua seperti tertutupi dengan jalan penokohan yang tidak hitam dan putih.
Alea digambarkan sebagai gadis pekerja keras yang memiliki opini sendiri dalam kepalanya. Pikiran-pikiran Alea soal Arlan, artis papan atas yang jadi pacar settingannya hingga soal Sandra, rekan sesama artis yang dianggap cemburu pada hidupnya, ternyata hanya pikiran subjektif milik Alea sendiri.
Persoalan-persoalan yang dihadapi Alea, secara apik juga digambarkan Rina sebagai akibat dari pikiran-pikiran subjektifnya sendiri, seperti saat dirinya berebut pekerjaan dengan Sandra. Dan lagi, Alea secara unik digambarkan memiliki karakter yang tidak bisa menyamakan antara pikiran dengan ucapannya, alias punya gengsi tinggi. Karakter Alea yang satu inilah yang juga menyulitkan hubungannya dengan orang-orang terdekat, seperti dengan asisten yang sangat mengerti dirinya, Meyta.
Pada puncak konfliknya dengan Alea, Meyta pada akhirnya memutuskan pergi dari hidup Alea. Meski terkesan jahat, ternyata Meyta meninggalkan catatan hal-hal yang jadi kebiasaan dan kebutuhan Alea sehari-hari pada Bibi Ni, asisten rumah tangga di rumah pribadi Alea. Meyta yang merupakan teman lama Alea sejak mereka SMA, ternyata masih tidak tega jika hidup Alea kesusahan, meski dirinya sering tersakiti oleh karakter dan ucapan Alea yang tidak jujur.
Selain membahas pergulatan Alea dengan Wisnu, si mantan yang meninggalkannya tanpa pesan. Dear Mantan juga menceritakan konflik hingga intrik dalam dunia keartisan dengan cara yang ringan. Rina, sebagai penulis berusaha menyeimbangkan bahasan novel dengan cara mengaitkan keberadaan Wisnu dengan intrik keartisan di dunia Alea pada saat tersebut.
Bahkan, saya sempat berpikir. Apakah judul Dear Mantan hanya untuk memenuhi selera pasar saja? Karena jika dikupas lebih dalam, novel ini juga berpotensi berganti judul menjadi Artist atau sejenisnya, karena dengan apik intrik dan politik dunia keartisan dibahas di dalamnya. Dan lagi, ending klise yang seperti habis-habisan merujuk kembali pada judul awal novel, Dear Mantan agaknya juga bagian dari taktik pasar. Ah… entahlah… yang jelas, novel ini berhasil menampilkan intrik dan politik yang sesungguhnya tidak ringan, namun berhasil disajikan ringan di dalamnya.
Ternyata benar kutipan bijak yang saya tidak tahu darimana sumbernya, bahwa kita tidak bisa menilai buku dari sampulnya. Terbukti dalam Dear Mantan karya Rina Kartomisastro.

Judul               : Dear Mantan
Penulis             : Rina Kastomisastro
ISBN               : 978-602-255-880-4
Terbit               : 2015
Ukuran            : 13 x 19 cm
Halaman          : 224
Penerbit         : Senja, Diva Press

No comments: