Sunday, September 11, 2016

Putri Aurora dan si Lelaki Oportunis dalam Maleficent

Sumber: Gugel

Kamu pasti akrab dengan Maleficent. Yup… dia penyihir bertanduk yang identik dengan gaun hitamnya. Kalau dengan Aurora gimana? Pasti kamu juga akrab dengan putri cantik berwajah lembut berjuluk Sleeping Beauty ini.
Jika kamu membaca Sleeping Beauty dalam buku-buku cerita terdahulu, kamu bakal menemukan penokohan yang cenderung hitam dan putih. Maleficent sendiri digambarkan tiba-tiba datang, kemudian mengutuk putri Aurora yang tidak tahu apa-apa dengan penuh kebencian.
Hal ini tentu jauh beda dengan Maleficent dalam judul film yang sama dengan namanya, Maleficent. Dalam film yang diproduksi Walt Disney Pictures dan rilis kali pertama Mei, 2014 tersebut, Maleficent digambarkan sebagai gadis kecil yang polos dan menjaga sebuah tempat bernama Moors.
Moors merupakan tempat ajaib penuh pepohonan dan para mahluk ajaib yang tinggal. Maleficent menjadi penjaga Moors di usia mudanya karena ayah dan ibunya lebih dulu meninggal. Di masa tersebut, Maleficent digambarkan hidup dengan sayap raksasanya. Kebaikan hatinya terlihat dari bagaimana dia menyembuhkan ranting-ranting pohon yang patah di Moors, dengan menggunakan sihirnya.
Maleficent kemudian menemukan seorang pencuri bernama Stevan yang tertangkap oleh para penduduk Moors. Stevan saat itu mencuri sebuah permata dari Moors dan Maleficent memaksa agar manusia pertama yang dilihatnya itu, mau mengembalikan permata itu pada Moors.
Dengan terpaksa, Stevan akhirnya mengembalikan permata itu. Maleficent pun membebaskan Stevan dari Moors.
Saat hendak bersalaman sebagai tanda perpisahan sekaligus janji sebuah pertemanan, Maleficent menjerit karena jarinya terbakar, terkena cincin besi yang ada di jari Stevan. Stevan kemudian membuang cincin itu agar bisa bersalaman dengan Maleficent. Maleficent sangat terkesan dengan apa yang dilakukan Stevan demi bisa bersalaman dengannya. Dia tidak pernah sadar bila akan ada sesuatu yang lebih besar darinya yang bakal diambil, lebih dari satu pengorbanan Stevan.
Pertemanan mereka berlangsung hingga mereka beranjak remaja. Di usianya yang ke enam belas, Stevan menyatakan perasaannya pada Maleficent yang diperankan Angelina Jolie. Saat itu, Stevan memberikan ciuman pada Maleficent dan menyebut ciuman mereka sebagai ciuman cinta sejati.
Keadaan Stevan yang miskin dan sengsara di masa kecil, nyatanya bukan jaminan dia jadi pribadi yang lebih memiliki empati di hari depan. Stevan dari waktu ke waktu mengejar karirnya di istana. Dia makin berjarak dengan Maleficent.
Hingga pada kedatangannya kembali, Stevan ternyata hanya mengambil sayap Maleficent sebagai bukti ia telah membunuhnya pada raja. Sayap adalah separuh dari kekuatan Maleficent.
Stevan tidak digambarkan melulu buruk dalam film ini. Dirinya hanya memotong sayap Maleficent, bukan membunuhnya, sesungguhnya adalah karena perasaan tidak tega di samping dirinya mengejar tahta yang dijanjikan sang raja jika berhasil membunuh Maleficent, musuh yang dianggap berbahaya oleh raja.
Bertahun kemudian, Maleficent datang untuk mengutuk Aurora, putri Stevan yang baru saja lahir setelah dirinya menjadi raja dan menikahi putri dari raja terdahulu. Bagian kutukan di sini, pasti kamu sudah familiar. Yup… Aurora dikutuk bakal tidur seperti mati untuk selamanya setelah usianya enam belas tahun, setelah telunjuknya tertusuk jarum.
Namun, berbeda dengan versi asalnya di mana Aurora akhirnya diungsikan menuju hutan bersama tiga peri yang menyamar sebagai wanita petani. Dalam Maleficent, Aurora justru selalu diawasi dan diasuh dari kejauhan oleh Maleficent. Maleficent tidak tega melihat Auora yang diasuh ketiga peri ceroboh yang selalu sibuk berkelahi satu sama lain.
Stevan sendiri dari waktu ke waktu dihantui bayangan jeritan Maleficent saat kehilangan sayapnya. Dia juga ketakutan atas kutukan yang membayangi putrinya. Si lelaki oportunis yang berhasil menjadi raja karena memanfaatkan kesempatan itu, pada nyatanya memiliki rasa takut seputar orang-orang terdekatnya.
Maleficent juga tidak kehilangan hati lembutnya bahkan setelah mengutuk Aurora, yang ditunjukkan saat dirinya menyembuhkan pohon-pohon yang tergores dengan sihirnya. Diaval, seekor gagak yang akhirnya mengabdi padanya, juga pernah diselamatkan jiwanya.
Di akhir cerita, Aurora bukannya bangun karena ciuman dari cinta sejatinya yang seorang pangeran. Namun, dia justru bangun ketika Maleficent menyesali segala dendamnya kemudian mencium kening Aurora.
Maleficent sendiri sesungguhnya tidak pernah percaya soal cinta sejati sejak Stevan mengkhianati rasa percayanya. Untuk itu, dia mengutuk Aurora yang hanya bisa bangun oleh ciuman dari cinta sejatinya yang menurutnya tidak pernah ada.
Kamu bakal melihat pangeran Philip yang kamu pikir bakal membangunkan Aurora. Philip mengomentari kecantikan Aurora sebelum mau menciumnya. Well, ternyata Philip memang bukanlah cinta sejati Aurora, mereka juga baru bertemu dua kali.
Cerita asli Sleeping Beauty yang diulis oleh Charles Perrault dan diadaptasi dalam film Maleficent, benar-benar menampar para perempuan. Banyak perempuan yang begitu terpatok bahwa cinta berbentuk dan berasal dari seorang lelaki. Banyak yang lupa bahwa di luar itu semua, ada ayah, ibu, kerabat, dan banyak teman baik yang memiliki cinta buat seorang perempuan.
Gambaran Philip yang mencium Aurora masih sebatas karena kecantikannya, juga benar menampar perempuan. Masihkah kamu tampil cantik sebatas buat memenuhi kebutuhan visual laki-laki? Bagaimana dengan kenyaman dirimu sendiri?

No comments: