Wednesday, March 15, 2017

Lambang Revolusi Pada Perempuan, Dalam The Hunger Games: Catching Fire dan Snow White And The Huntsman

Sumber: Gugel
Perempuan, sama-sama menjadi tokoh sentral dalam The Hunger Games: Catching Fire dan Snow White And The Huntsman. Jennifer Lawrence berperan sebagai Katniss Everdeen dalam Hunger Games, sedang Kristen Stewart berperan sebagai Snow White dalam Snow White And The Huntsman.
The Hunger Games: Cathing Fire sendiri, merupakan sekuel kedua dari film sebelumnya, The Hunger Games. Cerita diawali dari Katniss yang mesti kembali masuk dalam arena pertarungan, dalam ulang tahun Hunger Games yang ke 72. Pada Hunger Games sebelumnya, Katniss berhasil selamat bersama Peeta, dengan berpura-pura tidak ingin saling membunuh karena mereka sesungguhnya saling mencintai.
Hampir serupa dengan Katniss, Snow White And The Hunstman, juga diawali dengan Snow White yang dihadapkan pada kenyataan yang tidak dia inginkan. Kematian raja Magnus, ayahnya, membuat Snow White mesti hidup dengan sang ibu tiri, Ravenna. Ravenna sendiri merupakan rampasan perang yang dinikahi raja Magnus. Pada akhirnya, Ravenna membunuh sang raja dan menguasai kerajaan. Seperti halnya cerita asli Snow White versi Disney, di mana Ravenna yang menjadi ratu, ingin menjadi perempuan paling cantik di seluruh negeri. Dalam film tersebut, sang ratu menculik para perempuan cantik untuk dihisap aura kecantikannya. Snow White yang sempat melarikan diri setelah menyaksikan kematian sang ayah, bersama para pengawal yang masih setia sempat dipenjarakan sang ratu dalam sebuah menara.
Setelah hampir mengalami perkosaan oleh pamannya, Finn. Snow White berhasil kabur dari menara, setelah menusuk mata Finn, dengan memergunakan sebuah paku yang diberikan seekor burung yang pernah ia selamatkan. Berbeda dengan cerita aslinya di mana Snow White hidup beruntung karena menemukan seorang pangeran dalam pelariannya. Snow White And The Hunstman justru membawa sang pemburu yang diutus Ravenna untuk mengejar Snow White, turut berperan dalam pemberontakan yang dilakukan Snow White dalam menggulingkan kekuasaan ibunya.
Seperti Katniss, Snow White dianggap sebagai lambang revolusi bagi orang-orang di sekelilingnya. Hal ini terlihat dari Katniss yang tidak sadar atas kesepakatan antara para peserta bersama Haymicth guru bertarungnya dan Plutarch Heavensbee si pembuat arena Hunger Games yang baru. Mereka semua bersepakat untuk menyelamatkan Kaniss dalam Hunger Games berikutnya. Snow White sendiri, juga dilindungi oleh para penambang yang ia temui dalam perjalannya bersama sang pemburu, juga para kurcaci.
Katniss mampu membuat simpatik warga Capitol yang merupakan kalangan atas dan juga membuat harapan bagi warga distrik, yang merupakan kalangan kelas bawah. Hal yang sama, terjadi pada Snow White. Rakyat kerajaan yang tersisa dan ditemuinya dalam perjalanan, seperti mendapat harapan baru untuk sebuah perubahan, setelah mengetahui putri raja Magnus, yang terkenal begitu baik dalam memimpin kerajaan, ternyata masih hidup.
Cucu perempuan presiden Snow, penguasa Panem yang sangat berpengaruh, justru mengagumi Katniss. Bahkan, ia sampai meniru tatanan rambut Katniss. Berbeda dengan penokohan Ravenna yang cenderung hitam dan putih. Presiden Snow digambarkan lebih manusiawi, dirinya sangat menyayangi sang cucu. Bahkan, cucunya sendiri tidak mengetahui bagaimana kakeknya menjadi seorang tiran.

Sumber: Gugel

        Cinna, si penata gaya yang dekat dengan Katniss pun, rela mati demi melakukan hal yang ia bisa, menunjukkan lambang Mockingjay pada diri Katniss dengan busana rancangannya, yang kemudian membuat masyarakat distrik memiliki harapan baru. Baik warga Capitol maupun distrik, mengenal Katniss sebagai sosok burung Mokcingjay itu sendiri. Hal ini mirip dengan kematian salah seorang kurcaci dalam rombongan Snow White. Kurcaci itu mati, ketika berusaha menyelamatkan Snow White dari kejaran Finn yang diperintahkan oleh Ravenna.


Hal serupa juga nyaris terjadi, pada hubungan antara Katniss dengan Peeta, lelaki yang kemudian berpura-pura menjadi tunangannya agar bisa lolos dalam Hunger Games yang pertama, juga Gale, teman masa kecil yang memiliki perasaan pada Katniss. Begitu pula dengan Snow White yang masih menyimpan bayangan William, pangeran yang pernah ia sukai. Dalam waktu yang sama, ada juga si pemburu yang jatuh cinta pada Snow White dalam perjalanan mereka. Dua lelaki yang menaruh perhatian lebih pada Katniss dan Snow White tersebut, juga berusaha mendukung mereka berdua agar terus bertahan hidup.
Meski sama-sama menyimpan semangat besar, Katniss dan Snow White digambarkan tidak mampu betul-betul berdiri sendiri. Orang-orang yang menyadari diri mereka sebagai lambang dari semangat itulah, yang membantu mereka berdua selamat, hingga pada akhirnya Katniss dapat melanjutkan perjalanan menuju distrik 13 yang kabarnya jadi pusat pemberontakan, meski Joanna, salah seorang rekan perempuan yang ditemuinya ketika kembali ke arena dan Peeta, mesti tertangkap oleh Capitol. Begitu pula Snow White yang pada akhirnya berhasil membawa satu pasukan pemberani, untuk melawan Ravenna, sang ratu yang telah membawa kesengsaraan pada rakyat kerajaan sepeninggal raja Magnus.
Yang jauh berbeda adalah, Katniss melawan presiden Snow yang merupakan seorang lelaki, sedangkan Snow White melawan sang ratu yang sesama perempuan dengannya. Apabila dihubungkan, dalam kedua film ini, kita dibawa pada pemahaman bahwa siapa saja mampu menjadi tiran, tidak peduli lelaki atau perempuan. Sedangkan, Katniss maupun Snow White, juga bukan tokoh super yang mampu berjuang sendirian. Karakter mereka berdua, sama-sama digambarkan begitu manusiawi.
Keberadaan Katniss dan Snow White sebagai lambang revolusi dalam cerita masing-masing, tentu mengingatkan pada kisah nyata Joan Of Arc yang menjadi lambang revolusi Prancis. Menjadi pertanyaan besar adalah, bagaimana jika Katniss, Snow White hingga Joan Of Arc, misalnya bukan seorang perempuan. Masih menarikkah mereka menjadi lambang perubahan?

No comments: