Wednesday, March 11, 2015

Tendensi


“Dia tahu kamu rindu nyaman,”
“Memang,” Adikku pura-pura mencoreti kertas, biar tidak usah menatap aku.
“Dia tahu, kalimat apa saja yang ingin kamu dengar. Dia mengucapkannya, kamu menganggap Dia mengerti kamu setelahnya,”
“Siapa maksud Kakak?”
Aku diam. Adikku pura-pura tidak tahu. Dia harap aku jengah kemudian menghentikan percakapan.
“Dia berengsek!”
“Siapa maksud Kakak?”
“Dia punya tendensi buruk pada kamu! Dia tidak tulus!” volume suaraku makin tinggi.
“Apa ada? Orang yang tulus di dunia ini?” aku mendelik. Aku ingin sekali meninju muka Adikku.
“Tidak ada. Semua orang punya tendensi. Entah tendensi hubungan antar manusia, atau juga tendensi hubungan dengan Tuhan,”
Adikku berdiri. Dia berjalan menjauh menuju pintu.
“Mengharap rahmat Tuhan pun adalah sebuah tendensi. Mengharap rahmat Tuhan saja, bisa disebut tendensi. Apalagi orang berengsek yang berusaha membuat kamu nyaman! Punya tendensi apa dia?” Adikku berhenti sebentar. “Hmm,” dia menoleh pada aku. Dia berjalan menjauh lagi setelahnya.
SELESAI

No comments: