Sunday, March 15, 2015

Jadi Pohon Soekarno di Arafah


‘You think you want to die, but in reality you just want to be saved’.
Saya menemukan gambar yang memuat tulisan ini fesbuk mbak Puput. Mbak Puput membagikan gambar ini dari salah satu halaman di fesbuk. Mbak Puput menyertakan juga keinginannya jadi seekor lumba-lumba, apabila disuruh memilih untuk hidup ‘selamat’. Berbeda dengan mbak Puput. Saya malah ingin jadi pohon Soekarno di Arafah.
Gambar itu membuat saya langsung suka. Saya menekan tombol save pada ponsel. Saya menjadikan gambar tersebut sebagai display picture BBM. Beberapa menit setelah gambar itu saya jadikan display picture. Triwibowo, teman saya dari Bimbingan Konseling 2012 mengirim BBM pada saya untuk mengomentari gambar tersebut.
“Eh Pop. Kamu kenapa pasang DP (Display Picture) ini?” tulis Bowo mengawali.
“Aku pengen jadi pohon,” Bowo anak yang cerdas dan banyak di kenal berprestasi di kampus. Jawaban semacam milik saya ini, pasti tidak bakal dia perhitungkan untuk di analisa.
“Kamu tahu sejarah tulisan itu?”
Nggak tahu. Kenapa?”
“Di USA atau UK kalo nggak salah ada remaja bunuh diri. Setelah di usut ternyata dia abis kena cyberbullying dari teman-temannya melalui kalimat tersebut,” tebakanku benar. Bowo tidak menganalisa kalimat saya soal menjadi pohon.
Dan… Oh. Karena ini? Bowo jadi kelihatan ngeri ketika saya menggunakan gambar yang memuat tulisan tersebut menjadi display picture.
Saya memahami gambar yang memuat tulisan tersebut lebih kepada pilihan,”Bila disuruh memilih hidup aman, kamu mau menjadi apa?”
Kalau boleh memilih hidup aman. Saya ingin jadi pohon Soekarno di Arafah. Setiap hari, saya tidak bakal kekurangan air. Pipa penyiram otomatis di bangun di sekeliling saya. Seumur hidup, saya akan kenyang. Saya tidak perlu terlibat dengan orang berengsek yang mampu di sayangi hanya karena bisa membuat orang lain nyaman. Saya juga tidak perlu terlibat dengan orang baik yang tersingkir dan tidak di sayangi hanya karena tidak bisa menyamankan orang lain.
Ah… andai…
SELESAI



No comments: