‘You think you want to die, but in
reality you just want to be saved’.
Saya
menemukan gambar yang memuat tulisan ini fesbuk mbak Puput. Mbak Puput membagikan
gambar ini dari salah satu halaman di fesbuk. Mbak Puput menyertakan juga
keinginannya jadi seekor lumba-lumba, apabila disuruh memilih untuk hidup
‘selamat’. Berbeda dengan mbak Puput. Saya malah ingin jadi pohon Soekarno di
Arafah.
Gambar
itu membuat saya langsung suka. Saya menekan tombol save pada ponsel. Saya menjadikan gambar tersebut sebagai display picture BBM. Beberapa menit
setelah gambar itu saya jadikan display picture. Triwibowo, teman saya dari
Bimbingan Konseling 2012 mengirim BBM pada saya untuk mengomentari gambar
tersebut.
“Eh
Pop. Kamu kenapa pasang DP (Display
Picture) ini?” tulis Bowo mengawali.
“Aku
pengen jadi pohon,” Bowo anak yang
cerdas dan banyak di kenal berprestasi di kampus. Jawaban semacam milik saya
ini, pasti tidak bakal dia perhitungkan untuk di analisa.
“Kamu
tahu sejarah tulisan itu?”
“Nggak tahu. Kenapa?”
“Di
USA atau UK kalo nggak salah ada remaja bunuh diri. Setelah di usut ternyata dia abis kena cyberbullying dari teman-temannya melalui kalimat tersebut,”
tebakanku benar. Bowo tidak menganalisa kalimat saya soal menjadi pohon.
Dan…
Oh. Karena ini? Bowo jadi kelihatan ngeri
ketika saya menggunakan gambar yang memuat tulisan tersebut menjadi display
picture.
Saya
memahami gambar yang memuat tulisan tersebut lebih kepada pilihan,”Bila disuruh
memilih hidup aman, kamu mau menjadi apa?”
Kalau
boleh memilih hidup aman. Saya ingin jadi pohon Soekarno di Arafah. Setiap
hari, saya tidak bakal kekurangan air. Pipa penyiram otomatis di bangun di
sekeliling saya. Seumur hidup, saya akan kenyang. Saya tidak perlu terlibat dengan orang berengsek yang mampu di sayangi hanya karena bisa membuat orang lain
nyaman. Saya juga tidak perlu terlibat dengan orang baik yang tersingkir dan tidak di
sayangi hanya karena tidak bisa menyamankan orang lain.
Ah…
andai…
SELESAI
No comments:
Post a Comment