Sunday, March 1, 2015

Eksistensi Penulis yang Ngaku Penulis

Aku suka jengah, baca status facebook teman- teman yang ngakunya penulis. Mereka suka menulis:
Malam minggu pacaran sama buku lagi,
Mending diajakin pacaran sama laptop daripada nonton ke bioskop,
Baca buku lebih enak ketimbang makan kepiting rebus.
Alergi kalau nggak nulis sama sekali dalam sehari.
Aduh! Mereka ini ngapain sih? Menunjukkan kecintaan dan totalitasnya dalam menulis kah?
Kalau berkarya, berkarya saja. Tulis yang maksimal, gaet pembaca. Pencitraan model begitu cuma menuhin beranda pengguna facebook yang lain tanpa guna.
Nah, aku nulis begini ini ntar pasti ada yang komen,”Itu kan hak masing- orang orang buat berekspresi,” iya deh kamu bener. Dan hak aku juga untuk berkepresi kaya begini dalam tulisan ini. Aku mumumu sama teman- teman penulis yang ngaku penulis. Makanya, mari kita saling tukar dan sumbang saran biar waktu- waktu kita lebih berguna sebagai penulis yang ngaku penulis.

SELESAI

Catatan:
Nggak sengaja nemu tulisan ini lagi, Rabu, 02 Februari 2022. Wah, enjulita bin jahara juga ya saya jaman remaja. Bahkan hampir lupa pernah bikin tulisan macam begini hehe. Ya... Tapi kenang-kenangan berproses yes. Jaman itu belum kenal seni memaklumi juga. Sepertinya kalau nemu tulisan jaman remaja lainnya lagi dan baca hari ini, saya pasti ngakak campur jijik sendiri.

1 comment:

Telkom University said...

How do you define the role and significance of self-proclaimed writers in today's literary landscape?Telkom University