Catut: Gugel |
Barangkali, kita bertanya. Gimana bisa si A dapat traktiran terus, sedang kita enggak. A beruntung, ya? Enggak. Kita mestinya enggak percaya keberuntungan. Kita mestinya percaya timbal balik.
Apa kita bisa? Mulai berpikir bahwa, keberuntungan A adalah karena timbal balik. Bisa jadi, luput dari apa yang kita lihat, A ternyata tidak pelit makanan pada siapapun dan banyak orang terbantu dengan itu. Meski bukan orang yang dibantu itu yang membalas, orang lain yang akan membalas serupa.
Boleh jadi juga kita bertanya, kok bisa si B yang bertampang biasa, menemukan orang-orang tulus di sekitarnya sedang kita tidak? Boleh jadi luput dari apa yang kita lihat, B mengawali diri tulus pada orang lain. Bisa jadi bukan orang yang diberi ketulusan itu yang langsung membalas, tapi orang lain yang membalas serupa.
Banyak orang lebih ingin soal memiliki, bukan menjadi. Persis seperti kutipan Morgan Freeman."We human are more concerned with having than with being."
No comments:
Post a Comment