Sumber: Jepretan pribadi. Sepatunya orang dalam tulisan ini dan asli made in Indonesia loh. |
Kita janji jumpa pukul sepuluh tepat. Namun saya justru datang pukul 10.20. Seperti saya tebak, kamu langsung sambut saya dengan bilang,"Kamu telat dua puluh menit."
Saya tahu, kamu selalu tepat waktu. Jadwalmu sangat penuh dan hari itu waktumu cuma sampai pukul 11.30, meski kamu dibutuhkan jam 12.00. Tidak seperti kebanyakan orang yang saya kenal, kamu benci datang tidak tepat waktu, kamu selalu pilih datang lebih awal, meski jelas harus menunggu. Pun saat bertemu saya, kamu sudah tiba pukul 9.40. Kamu datang dua puluh menit lebih awal, sedang saya datang dua puluh menit lebih akhir.
Saya terang-terangan menampakkan binar kecewa, saat tahu waktumu sungguhan cuma sedikit. Kamu melihatnya, saya tahu itu. Kita terus mengobrol dan sudah hampir pukul dua belas. Kamu terlihat cemas dua kali, memandangi jam yang melingkar di pergelangan tanganmu. Selanjutnya, kamu justru tidak lagi nampak peduli, sedang saya pilih pura-pura tidak peduli.
Hingga saya kemudian mengajakmu menghentikan obrolan. Saya cukup merasa lega, bahwa ternyata, melegalkan waktumu buat saya adalah perkara utama. Saya juga cukup tahu diri, bahwa melegalkan waktumu buat saya, membikin kamu lupa tidak jadi dirimu sendiri yang super disiplin dan tepat waktu.
No comments:
Post a Comment