Tema : Sanguin VS Melankolis (SemiKoleris)
Sub Tema : Jejaring
Bagian II
Satu
sore yang manis di ‘foodcourt’ samping SMAN 8 Malang. Gerobak cilok jadi
sasaran makan sore Sanguin dan Melankolis dari sekian banyak gerobak yang
terdapat di ‘foodcourt’.
Setelah
mendapat satu plastik cilok untuk diri masing-masing, Sanguin dan Melankolis duduk
di halte depan SMAN 8.
Sanguin
mengunyah tiga butir cilok sebelum penuh enam puluh detik mereka berdua duduk. Mata
Melankolis cuma meilirik geli. Selanjutnya, mereka sibuk dengan cilok
masing-masing. Sanguin yang selalu makan tiga butir cilok sekaligus dan
melankolis yang menggigiti satu butir cilok sedikit demi sedikit.
Plastik
cilok sudah kosong, tapi Sanguin yang biasanya memulai obrolan terlebih dahulu,
tidak juga membuka percapan seperti biasanya.
Ada apa dengan Sanguin? Tumben
sekali dia tidak memulai percakapan terlebih dahulu. Sepertinya… aku yang harus
memulai obrolan. Melankolis membatin.
Ya… Tuhan… cilok ini enak sekali. Serat-serat
dagingnya begitu terasa. Aku mau membeli lagi, tapi uang di dompetku tinggal
dua puluh ribu limaratus, dua puluh untuk mengisi bensin dan… limaratus rupiah
untuk karcis parkir di kampus. Batin Sanguin.
“Ehm,
Sanguin…” Melankolis membuka percakapan.
“Ya?”
sahut Sanguin.
“Apa
yang bakal kamu lakukan setelah lulus?”
“Eh?”
alis Sanguin kelihatan menekuk. Dia kelihatan berpikir keras.
Setelah lulus? Apa ya? Ah, tentu
saja! Aku tahu! Batin Sanguin.
“Aku
mau mencari gebetan.” Sanguin mengendurkan
alisnya sambil menggigiti tusuk cilok yang masih ada di dalam plastik.
“Gebetan?” Melankolis menekan kata gebetan sekeras mungkin.
Sanguin
mengangguk.
Tentu saja. Aku bakal mencari
gebetan setelah lulus. Ah, aku bosan berada disini. Disini sekarang terasa sempit,
jarang orang yang menarik dan ketche untuk di jadikan gebetan.
Gebetan? Apa maksud orang ini? Apa
itu semacam… kata tersirat? Pasti ada makna tersembunyi di balik kata gebetan
itu. Pasti! Melankolis berusaha meneliti seluruh
bagian wajah Sanguin. Dia berusaha keras mencari makna kata gebetan yang di maksud Sanguin.
Ah! Aku tahu makna kata itu!
“Ehm,
apa gebetan yang kamu maksud itu…
jejaring?” Melankolis bertanya.
“Jejaring?”
Sanguin balik bertanya. Dia menarik napas, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
Benar juga, aku mestinya menjaring
banyak-banyak gebetan untuk memperluas pengetahuan soal sifat laki-laki sebelum
aku nantinya melanjutkan hubungan yang serius.
“Eh,
benar… benar… soal jejaring itu benar.” Sanguin melanjutkan ucapannya.
Hah! Sial, dia rupanya sudah
merencanakan soal jejaring. Jangan-jangan… dia bahkan sudah mendahului perkara
jejaring!
“Apa
selama ini… kamu sudah memulai untuk mencari jejaring? Ah, maksudku gebetan…”
“Tentu
saja, gebetanku dari berbagi bidang.”
Itu benar, gebetanku memang dari
berbagia bidang dan itu sangat asyik.
Apa?!
Gebetannya… ah, maksudku jejaringnya dari berbagai bidang? Orang ini memang
cerdas.
“Dari
bidang apa saja gebetan-gebetanmu
itu? Kalau aku boleh tahu.” tanya Melankolis.
“Uhm,
bervariasi… ada seniman, akademisi dan banyak lagi.” Sanguin menjawab dengan
tiap kata yang di tekan kuat-kuat.
Hah? Bervariasi sekali. Ternyata
dia memang pandai membuat jejaring. Kekuatannya tidak boleh di remehkan.
“Ya…
kapan-kapan, kamu bisa mengenal mereka juga. Akan aku kenalakan kamu pada
mereka.” Lanjut Sanguin.
Kamu harus tahu, gebetan-gebetanku
itu sangat seru dan bervariasi! Biar hidupmu tidak terlalu serius, Mel.
Hahahaha.
Melankolis
mengangguk. Matanya berbinar-binar.
Baiklah, aku juga akan mengenal orang-orang
dari jejaringmu! Pasti mereka akan berguna setelah hari kelulusan nanti.
Jadilah
hari itu, Melankolis berpikir keras mengenai membangun jejaring yang bakal
berguna ketika dirinya lulus. Sedangkan Sanguin, sibuk mengenang gebetan-gebetannya.
No comments:
Post a Comment