Sunday, June 28, 2015

Setelah Lulus -2- Versi Sanguin


Tema              : Sanguin VS Melankolis (SemiKoleris)
Sub Tema       : Jejaring
Bagian II
Satu sore yang manis di ‘foodcourt’ samping SMAN 8 Malang. Gerobak cilok jadi sasaran makan sore Sanguin dan Melankolis dari sekian banyak gerobak yang terdapat di ‘foodcourt’.
Setelah mendapat satu plastik cilok untuk diri masing-masing, Sanguin dan Melankolis duduk di halte depan SMAN 8.
Sanguin mengunyah tiga butir cilok sebelum penuh enam puluh detik mereka berdua duduk. Mata Melankolis cuma meilirik geli. Selanjutnya, mereka sibuk dengan cilok masing-masing. Sanguin yang selalu makan tiga butir cilok sekaligus dan melankolis yang menggigiti satu butir cilok sedikit demi sedikit.
Plastik cilok sudah kosong, tapi Sanguin yang biasanya memulai obrolan terlebih dahulu, tidak juga membuka percapan seperti biasanya.
Ada apa dengan Sanguin? Tumben sekali dia tidak memulai percakapan terlebih dahulu. Sepertinya… aku yang harus memulai obrolan. Melankolis membatin.
Ya… Tuhan… cilok ini enak sekali. Serat-serat dagingnya begitu terasa. Aku mau membeli lagi, tapi uang di dompetku tinggal dua puluh ribu limaratus, dua puluh untuk mengisi bensin dan… limaratus rupiah untuk karcis parkir di kampus.  Batin Sanguin.
“Ehm, Sanguin…” Melankolis membuka percakapan.
“Ya?” sahut Sanguin.
“Apa yang bakal kamu lakukan setelah lulus?”
“Eh?” alis Sanguin kelihatan menekuk. Dia kelihatan berpikir keras.
Setelah lulus? Apa ya? Ah, tentu saja! Aku tahu! Batin Sanguin.
“Aku mau mencari gebetan.” Sanguin mengendurkan alisnya sambil menggigiti tusuk cilok yang masih ada di dalam plastik.
Gebetan?” Melankolis menekan kata gebetan sekeras mungkin.
Sanguin mengangguk.
Tentu saja. Aku bakal mencari gebetan setelah lulus. Ah, aku bosan berada disini. Disini sekarang terasa sempit, jarang orang yang menarik dan ketche untuk di jadikan gebetan.
Gebetan? Apa maksud orang ini? Apa itu semacam… kata tersirat? Pasti ada makna tersembunyi di balik kata gebetan itu. Pasti! Melankolis berusaha meneliti seluruh bagian wajah Sanguin. Dia berusaha keras mencari makna kata gebetan yang di maksud Sanguin.
Ah! Aku tahu makna kata itu!
“Ehm, apa gebetan yang kamu maksud itu… jejaring?” Melankolis bertanya.
“Jejaring?” Sanguin balik bertanya. Dia menarik napas, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
Benar juga, aku mestinya menjaring banyak-banyak gebetan untuk memperluas pengetahuan soal sifat laki-laki sebelum aku nantinya melanjutkan hubungan yang serius.
“Eh, benar… benar… soal jejaring itu benar.” Sanguin melanjutkan ucapannya.
Hah! Sial, dia rupanya sudah merencanakan soal jejaring. Jangan-jangan… dia bahkan sudah mendahului perkara jejaring!
“Apa selama ini… kamu sudah memulai untuk mencari jejaring? Ah, maksudku gebetan…”
“Tentu saja, gebetanku dari berbagi bidang.”
Itu benar, gebetanku memang dari berbagia bidang dan itu sangat asyik.
            Apa?! Gebetannya… ah, maksudku jejaringnya dari berbagai bidang? Orang ini memang cerdas.
“Dari bidang apa saja gebetan-gebetanmu itu? Kalau aku boleh tahu.” tanya Melankolis.
“Uhm, bervariasi… ada seniman, akademisi dan banyak lagi.” Sanguin menjawab dengan tiap kata yang di tekan kuat-kuat.
Hah? Bervariasi sekali. Ternyata dia memang pandai membuat jejaring. Kekuatannya tidak boleh di remehkan.
“Ya… kapan-kapan, kamu bisa mengenal mereka juga. Akan aku kenalakan kamu pada mereka.” Lanjut Sanguin.
Kamu harus tahu, gebetan-gebetanku itu sangat seru dan bervariasi! Biar hidupmu tidak terlalu serius, Mel. Hahahaha.
Melankolis mengangguk. Matanya berbinar-binar.
Baiklah, aku juga akan mengenal orang-orang dari jejaringmu! Pasti mereka akan berguna setelah hari kelulusan nanti.
Jadilah hari itu, Melankolis berpikir keras mengenai membangun jejaring yang bakal berguna ketika dirinya lulus. Sedangkan Sanguin, sibuk mengenang gebetan-gebetannya.

No comments: