Sesuanu
dan Sesuancuk pada suatu sore di pinggir trotoar jalan Surabaya, kota Malang…
“Kalau
kamu punya uang banyak, mau kamu apakan uang itu, Nu?” tanya Sesuancuk sambil
mengunyah beberapa butir es batu dalam mulutnya.
“Mau
aku belikan tanah untuk rumah ibadah, Cuk...” jawab Sesuanu.
“Investasi
jangka panjang ya, Nu?”
“Begitulah…
investasi dunia untuk hidupku kelak di akhirat.”
“Lha…
rumah ibadah sudah banyak banget kok sekarang. Pada magrong-magrong [1]semua.
Di kampungku saja, rumah ibadah ada tiga dan besar-besar. Bedanya cuma di
tanggal lebarannya saja…”
“Terus…
kamu sendiri kalau punya uang, pengin kamu apakan uang itu, Cuk?”
“Bikin
kuburan dong, Nu…”
“Eh?
Buat apa? Kuburan?”
“Ya...
buat orang mati, Nu. Rumah ibadah sekarang sudah terlalu banyak, semua magrong-magrong. Padahal, ada yang
beribadah di sana juga belum tentu. Beda dengan mati, semua orang pasti mati
dan butuh pemakaman. Investasi akhiratku lebih menjanjikan, Nu…”
“Wah…
kalau begitu kamu mesti bikin pemakaman tujuh agama, Cuk.”
“Lho?
Mesti begitu?”
“Kalau
ndak ya… kamu bakal dikira tendensius sama agama tertentu. Lha… rumah ibadah di
kampungmu saja yang satu agama, mesti beda-beda bangunannya soalnya beda
tanggal lebaran kok…”
No comments:
Post a Comment