Saturday, October 22, 2016

Tanah Pemakaman Tujuh Agama


Sesuanu dan Sesuancuk pada suatu sore di pinggir trotoar jalan Surabaya, kota Malang…
“Kalau kamu punya uang banyak, mau kamu apakan uang itu, Nu?” tanya Sesuancuk sambil mengunyah beberapa butir es batu dalam mulutnya.
“Mau aku belikan tanah untuk rumah ibadah, Cuk...” jawab Sesuanu.
“Investasi jangka panjang ya, Nu?”
“Begitulah… investasi dunia untuk hidupku kelak di akhirat.”
“Lha… rumah ibadah sudah banyak banget kok sekarang. Pada magrong-magrong [1]semua. Di kampungku saja, rumah ibadah ada tiga dan besar-besar. Bedanya cuma di tanggal lebarannya saja…”
“Terus… kamu sendiri kalau punya uang, pengin kamu apakan uang itu, Cuk?”
“Bikin kuburan dong, Nu…”
“Eh? Buat apa? Kuburan?”
“Ya... buat orang mati, Nu. Rumah ibadah sekarang sudah terlalu banyak, semua magrong-magrong. Padahal, ada yang beribadah di sana juga belum tentu. Beda dengan mati, semua orang pasti mati dan butuh pemakaman. Investasi akhiratku lebih menjanjikan, Nu…”
“Wah… kalau begitu kamu mesti bikin pemakaman tujuh agama, Cuk.”
“Lho? Mesti begitu?”
“Kalau ndak ya… kamu bakal dikira tendensius sama agama tertentu. Lha… rumah ibadah di kampungmu saja yang satu agama, mesti beda-beda bangunannya soalnya beda tanggal lebaran kok…”



[1] Terlalu mewah

No comments: