Warung
yang utamanya menyajikan nasi dan ayam itu, membuka cabang pada tiap tempat
strategis di kota. Kamu mesti mengantri cukup panjang, menyebut pesananmu,
namamu kemudian membayarnya, baru memilih tempat duduk, jika ingin makan di sana.
Banyak
orang yang sepertimu, serius menyebutkan nama. Nama yang sesungguhnya.
Barangkali, rasa lapar lebih bikin niatmu fokus, segera meenyebut pesanan,
namamu, membayar dan buru-buru mencari tempat duduk.
Para
pegawai di warung itu, bakal menyebut namamu di depan pintu, sebelum kamu
mengangkat tangan dan mereka menyerahkan pesanan itu padamu. Petang itu,
semuanya pun sama. Kamu lihat orang-orang sibuk dengan ponsel mereka, sibuk
mengunyah ayam bersama dua potong ketimun, atau sibuk membenahi wajah yang kalut.
Petang nyaris serupa, jika saja salah seorang pegawai tidak meneriakkan satu
nama tokoh anime yang sempat booming; Uzumaki
Naruto. Jelas itu bukan nama asli si
pemesan. Dia menggunakan nama itu sekadar buat bersenang-senang.
Namun,
selama setengah menit, beberapa pegawai yang tengah kesulitan membawa
gelas-gelas teh kelihatan terperangah, tersenyum tipis. Orang-orang yang sedang
sibuk dengan ponsel mereka mendongak, kemudian tergelak. Sebagian lain berhenti
mengunyah sejenak. Ada juga yang seperti kamu, yang selama setengah menit
mendadak lupa, jumlah uang kuliah yang mesti kamu bayarkan paling lambat besok
lusa.
Sedang
lelaki dua puluhan, Uzumaki Naruto yang memesan nasi dan ayam itu, duduk di
sudut ruangan sambil bersiul senang melihat pesanannya datang. Dia tidak pernah
menyadari, berapa banyak orang yang sudah dibawanya kembali pulang, pada
kebahagiaan, meski hanya setengah menit.
1 comment:
Idenya bisa dicoba tuh.. Joss gandus
Post a Comment